ResensiNovel Hafalan Shalat Delisa. Ruang Resensi | Ahad, 26 Desember 2004 menjadi hari yang tak pernah terlupakan bagi rakyat Indonesia. Khususnya, orang-orang yang tinggal di Nanggroe Aceh Darussalam. Makhluk asing bernama tsunami tiba-tiba datang menjamah dataran bumi yang konon bergelar Serambi Mekkah itu. Kubik-kubik air laut yang tak
RESENSI NOVEL “HAFALAN SHOLAT DELISA” Identitas Buku o Judul Hafalan Shalat Delisa o Penulis Tere Liye o Sutradara Sony Gaoksak o Produser Chand Parwez Servia o Desain cover Eja-creative4 o Penerbit Republika Penerbit o Tempat terbit Jakarta o Tahun terbit 2008 o Halaman 266 halaman o Ukuran 20,5 x 13,5 cm o Harga Rp. Sinopsis Novel ini menceritakan seorang anak perempuan berumur enam tahun yang bernama Delisa. Delisa adalah seorang anak yang lugu, polos, dan suka bertanya. Ia anak bungsu dari empat bersaudara dalam keluarganya. Delisa tinngal bersama Umminya yang bernama Salamah dan kakak-kakaknya bernama Cut Fatimah, Cut Zahra, dan Cut Aisyah. Mereka berdomisi di Aceh, tepatnya di Lhok Nga. Ayahnya yang biasa dipanggil Abi bernama Usman, beliau bekerja di kapal tanker dan baru pulang setiap 3 bulan sekali. Delisa mendapatkan tugas dari Ibu Guru Nur, yakni tugas menghafal bacaan sholat yang akan disetorkan pada hari minggu tanggal 26 Desember 2004. Motivasi dari Ummi yang berjanji akan memberikan hadiah jika ia berhasil menghafalkan bacaan sholat membuat semangat Delisa untuk menghafal. Ummi telah menyiapkan hadiah kalung emas dua gram berliontin D untuk Delisa, sedangkan Abi akan membelikan sepeda untuk hafalan sholatnya jikalau lulus. Pagi itu hari minggu tanggal 24 Desember 2004, Delisa mempraktikkan hafalan sholatnya di depan kelas. Tiba-tiba Gempa bumi berkekuatan 8,9 SR yang disertai tsunami melanda bumi Aceh. Seketika keadaan berubah. Ketakutan dan kecemasan menerpa setiap jiwa saat itu. Namun, Delisa tetap melanjutkan hafalan sholatnya. Ketika hendak sujud yang pertama, air itu telah menghanyutkan semua yang ada, menghempaskan Delisa. Shalat Delisa belum sempurna. Delisa kehilangan Ummi dan kakak-kakaknya. Enam hari Delisa tergolek antara sadar dan tidak. Ketika tubuhnya ditemukan oleh prajurit Smith yang kemudian menjadi mu’alaf dan berganti nama menjadi prajurit Salam. Bahkan pancaran cahaya Delisa telah mampu memberikan hidayah pada Smith untuk bermu’alaf. Beberapa waktu lamanya Delisa tidak sadarkan diri, keadaannya tidak kunjung membaik juga tidak sebaliknya. Sampai ketika seorang ibu yang di rawat sebelahnya melakukan sholat tahajud, pada bacaan sholat dimana hari itu hafalan shalat Delisa terputus, kesadaran dan kesehatan Delisa terbangun. Kaki Delisa harus diamputasi. Delisa menerima tanpa mengeluh. Luka jahitan dan lebam disekujur tubuhnya tidak membuatnya berputus asa. Bahkan kondisi ini telah membawa ke pertemuan dengan Abinya. Pertemuan yang mengharukan. Abi tidak menyangka Delisa lebih kuat menerima semuanya. Menerima takdir yang telah digariskan oleh Allah. Beberapa bulan setelah kejadian tsunami yang melanda Lhok Nga, Delisa sudah bisa menerima keadaan itu. Ia memulai kembali kehidupan dari awal bersama abinya. Hidup di barak pengungsian yang didirikan sukarelawan lokal maupun asing. Hidup dengan orang-orang yang senasib, mereka korban tsunami yang kehilangan keluarga, sahabat, teman dan orang-orang terdekat. Beberapa bulan kemudian, Delisa mulai masuk sekolah kembali. Sekolah yang dibuka oleh tenaga sukarelawan. Delisa ingin menghafal bacaan sholatnya. Akan tetapi susah, tampak lebih rumit dari sebelumnya. Delisa benar-benar lupa, tidak bisa mengingatnya. Lupa juga akan kalung berliontin D untuk delisa, lupa akan sepeda yang di janjikan abi. Delisa hanya ingin menghafal bacaan sholatnya. Akhir dari novel ini, Delisa mendapatkan kembali hafalan sholatnya. Sebelumnya malam itu Delisa bermimpi bertemu dengan umminya, yang menunjukkan kalung itu dan permintaan untuk menyelesaikan tugas menghafal bacaan sholatnya. Kekuatan itu telah membawa Delisa pada kemudahan menghafalnya. Delisa telah mampu melakukan Shalat Asharnya dengan sempurna untuk pertama kalinya, tanpa ada yang terlupa dan terbalik. Hafalan sholat karena Allah, bukan karena sebatang coklat, sebuah kalung, ataupun sepeda. Selesai shalat Ashar, Delisa pergi mencuci tangan di tepian sungai, Delisa melihat ada pantulan cahaya matahari sore dari semak belukar, cahaya itu menarik perhatian Delisa untuk mendekat. Mendadak hati Delisa bergetar. Delisa berkata “bukankah itu seuntai kalung?” ternyata Delisa benar benda itu adalah kalung berinisial D untuk Delisa dalam genggaman tangan manusia yang sudah tinggal tulang. Tangan manusia yang sudah tinggal tulang itu tidak lain adalah milik Ummi Delisa. Delisa sangat terkejut. Unsur-Unsur Intrinsik ü Tema Novel Hafalan Shalat Delisa bertema Sosial dan Agama ketegaran seorang anak dalam menghadapi cobaan dari Allah SWT. ü Penokohan Tokoh-tokoh dalam novel Hafalan Shalat Delisha yaitu Delisa Pantang menyerah, baik, penyayang, manja Badannya terus terseret . Ya Allah Delisa ditengah sadar dan tidaknya ingin sujud… Ya Allah Delisa ingin sujud dengan sempurna. Delisa sekarang hafal bacaannya… Delisa tidak lupa seperti tadi Subuh Hafalan Shalat Delisa, hal 71 Ummi Salamah Rendah hati, sabar, perhatian, bijaksana “Kamu kenapa sayang ?” “Kamu sakit ?” Hafalan Shalat Delisa, hal 27 Kak Fatimah Sabar, tegas “Delisa bangun sayang…… Shubuh!” Hafalan Shalat Delisa, hal 2 Kak Aisyah Keras kepala, egois, iri hati, usil,baik “Makanya kamu cepetan menghafal bacaannya…. Bikin repot saja! Hafalan Shalat Delisha, hal 8 Kak Zahra Pendiam, baik, sabar. “Iya! Tapi kamu nyarikannya bias sedikit lebih pelan ? Nggak mesti merusak lipatan pakaian yang lainkan ?” Hafalan Shalat Delisa, hal 49 Abi Usman Pengertian, baik, sabar, perhatian. “Bagaimana sayang, apakah Delisa sudah merasa baikan?” Hafalan Shalat Delisa, hal 226 Ustadz Rahman Pengertian, baik, sabar. “Biar gak kebolak-balik kamu hafalnya berkali-kali… Baca berkali-kali… Nanti nggak lagi! Nanti pasti terbiasa.” Hafalan Shalat Delisa, hal 38 Umam Jahil, usil, nakal, dan pemurung Tiur Baik dan pengertian. Pak Cik Acan Baik, suka menolong dan suka memberi. Shopie Baik dan penyayang serta pengertian. Smith Adam Baik, penyayang dan suka menolong. ü Latar Latar tempat Lhoknga Menggetarkan langit-langit Lhoknga yang masih gelap Hafalan Shalat Delisa, hal 1 Kamar Rawat Shopie melangkah keluar kamar, entah mengambil apa Hafalan Shalat Delisa, hal 132 Hutan Sersan Ahmed berlari menuju semak belukar tersebut Hafalan Shalat Delisa, hal 109 Tenda Darurat Delisa menatap tenda-tenda yang berjejer rapi tersebut Hafalan Shalat Delisa, hal 156 Latar waktu Pagi Hari Adzan Subuh dari meunasah terdengar syahdu Hafalan Shalat Delisa, hal 1 Siang Hari Saat siang menjelang, matahari terik memanggang tubuhnya Hafalan Shalat Delisa, hal 92 Sore Hari Matahari bergerak menghujam bumi begitu rendah Hafalan Shalat Delisa, hal 46 Dini Hari Malam ketiga ketika Delisa terbaring tak berdaya. Pukul Hafalan Shalat Delisa, hal 112 Latar suasana Ramai Pasar Lhoknga ramai sekali. Hari Ahad begini. Semua seperti sibuk berbelanja. Hafalan Shalat Delisa, hal 19 Senang “ Delisa boleh pilih kalungnya sendiri kan ? Seperti punya Kak Zahra, punya Kak Fatimah atau seperti punya Kak Aisyah !” Hafalan Shalat Delisa, hal 17 Sedih Sungguh semua hancur. Sungguh semuanya musnah. Ya Allah kami belum pernah melihat kehancuran seperti ini. Kota ini tak tersisa, kota ini luluh lantak hanya meninggalkan berbilang kubah mesjid, kota itu menjadi cokelat, kota ini tak berpenguni lagi. Kota ini! Kota itu! Hafalan Shalat Delisha, hal 81 ü Alur Maju – mundur – maju campuran Alur dari cerita ini yaitu maju, mundur, maju campuran karena pada novel ini digambarkan bahwa Delisa mengenang masa-masa saat sebelum keluarganya meninggal karena bencana Tsunami. “Ummi? Delisa tiba-tiba ingat Ummi. Ya Allah dimana Ummi. Kepala Delisa berputar mencari. Di mana pula Kak Fatimah? Kak Zahra? Kak Aisyah? Di mana mereka? “ Pelan kenangan itu kembali. Lambat Delisa mengingat kejadian enam hari lalu. Delisa sama sekali tidak pernah tahu, hamper seminggu ia sudah terjerambab di atas semak-belukar tersebut. Sekolah! Ia di sekolah pagi hari itu. Ia bukankah sedang menghadap Ibu Guru Nur menghafal bacaan shalat. Hafalan Shalat Delisa, hal 93 ü Sudut Pandang Orang ketiga serba tahu Hal ini dibuktikan oleh pengarang yang selalu menyebut nama tokoh-tokoh pemeran dalam dalam novel tersebut, dimana seakan-akan pengarang begitu mengerti perasaan yang dialami tokoh dalam cerita. ü Gaya Bahasa Gaya Hiperbola “Ya Allah.. Kalimat itu membuat hatinya meleleh seketika” Hafalan Shalat Delisa, hal 53 Gaya Personifikasi “Gelombang tsunami sudah menghantam bibir pantai” Hafalan Shalat Delisa, hal 70 Gaya Metafora “Pohon-pohon bertumbangan bagai kecambang tauge yang akarnya lemah menunjang” Hafalan Shalat Delisa, hal 70 ü Amanat Jangan pernah putus asa dan tetap semangatlah menjalani hidup ini. Sayangilah Keluargamu seperti mereka menyayangimu. Jika kamu menginginkan sesuatu, teruslah berusaha agar tercapai. Unsur-Unsur Ekstrinsik ü Nilai Moral Disini terdapat nilai-nilai moral yang sangat kental. Kita dapat menganalisi dari keadaan social dan kegiatan masyarakat di daerah tersebut, sangat sopan dan juga sangat mengutamakan nilai-nilai agama dan budaya islam. ü Agama Dalam novel ini nilai agama yang terkandung sangatlah kuat, karena semua anak-anak Ummi Salamah diwajibkan menghafal bacaan shalatnya dan diwajibkan untuk shalat sesuai waktunya. Semua anak Ummi Salamah belajar mengaji di TPA bersama Ustadz Rahman. ü Budaya Ketika semua anak Ummi Salamah lulus hafalan membaca shalatnya maka sebagai hadiahnya, Ummi membelikan sebuah kalung. Hafalan Shalat Delisa, hal 17 ü Nilai Sosial Terbukti bahwa nilai sosialnya sangat mendalam, sebagai contoh kebersamaan seorang ibu yang menyayangi ke 4 anaknya dengan sabar. Walau dalam keluarganya tersebut tidak hadirnya seorang ayah. Contoh lainnya “ CARI TERUS! KUMPULKAN MAYAT SEBANYAK MUNGKIN! PERIKSA SELURUH TEMPAT!” Hafalan Shalat Delisa, hal 101 Struktur Novel 1. Pendahuluan Peristiwa Tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 menjadi inspirasi bagi Tere Liye untuk mengangkat kisah hidup seorang anak yang sabar dan tabah. Kisah anak tersebut membuat banyak orang tersentuh dan terinspirasi dari novel ini. 2. Evaluasi Cerita ini berawal dari seorang anak berusia 6 tahun bernama Delisa, yang hidup bersama Ummi Salamah dan ketiga kakak-kakaknya, yaitu, Cut Fatimah siswa kelas 1 Madrasah Aliyah, si kembar Cut Aisyah dan Cut Zahra yang duduk dikelas 1 Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Lhok Nga. Sementara Abinya, Usman bekerja di tanker perusahaan minyak Internasional, yang pulang setiap 3 bulan sekali untuk menemui keluarganya. Mereka tinggal bersama dikomplek perumahan sederhana dipinggir pesisir pantai Lhok Nga, Aceh. Keluarga Abi Usman memang bahagia, memiliki empat anak shaleh dengan karakter yang berbeda, dengan sifat Delisa yang manja dan baik hati, Aisyah yang irihati dan egois, Fatimah yang bijaksana, Zahra yang pendiam, menciptakan suasana keributan-keributan kecil pada keluarga itu. Kehidupan mereka berkecukupan. Bertetanggan yang baik dan bersahaja. Apa adanya. Suatu hari Ummi dan Delisa pergi ke pasar Lhok Nga untuk membeli kalung emas 2 gram ditoko Koh Acan sebagai hadiah ujian praktek hafalan shalat yang akan dilakukan Delisa untuk di setorkan kepada Bu Guru Nur. Abi juga akan memberikan hadiah berupa sepedah untuk Delisa, hal itu membuat Delisa semakin bersemangat menghafal lafadz bacaan shalatnya. Pagi, 26 Desember 2004 itu Delisa akan melaksanakan ujian praktek hafalan shalatnya. Dengan raut wajah tegang, memucat, Delisa mengangkat tangan kecilnya yang gemetar, namun mantap hatinya berkata Delisa akan khusyu’. Allaahu-akbar’ lantai laut retak seketika. Gempa menjalar dengan kekuatan dahsyat. Vas bunga pecah menggores lengan Delisa. Gelombang itu bergetar menyapu Banda Aceh. Namun sedetik berikutnya sejuta air membuncah keluar, desiran dahsyat ombak menggulung pesisir komplek Lhok Nga, anehnya Delisa tetap khusyu’ membaca lafadz shalatnya. Gelombang itu menghantam tubuh Delisa keras-keras, terpelanting jauh menghantam tembok. Entah kemana Delisa terbawa deru ombak. Selama 6 hari Delisa tak sadarkan diri, dia ditemukan dengan keadaan yang sangat menyedihkan, mirip seperti mayat. Kini Delisa dirawat dirumah sakit, tak lagi terbaring disemak-semak belukar, tak lagi meminum air hujan, tak lagi kepanasan terkena sinar mentari. Delisa dirawat dengan banyak selang ditubuhnya, kepalanya dipangkas dengan banyak luka jahitan, lebih dari dua puluh jahitan ditemukan disekujur tubuhnya, serta kaki yang telah membusuk terpaksa di amputansi, tangannya diberi gips, sungguh malang nasib gadis kecil itu, walau begitu ia tak pernah mengeluh. Berkat data-data yang diberikan suster Sophi Delisa dapat bertemu dengan Abinya. Ia menceritakan semua kondisinya tanpa ada raut wajah sedih, Abinya tidak menyangka Delisa lebih kuat menerima semuanya, menerima takdir yang telah di berikan oleh ALLAH. Delisa dan Abi memulai kembali kehidupan dari awal bersama, mulai menerima keadaan pahit yang telah diterima mereka, sejak saat itu Delisa mulai memahami kata ikhlas, ikhlas menghafal hafalan shalat hanya karena ALLAH SWT semata . Sore itu, Sabtu, 21 Mei 2005, Delisa sedang mencuci tangannya di sungai. Ia terperangah ketika melihat kilauan cahaya dari semak belukar. Kilauan itu berwarna kuning, seperti seutai kalung. Hati Delisa bergetar, bukan karena ia melihat kalung itu berinisial D’, tetapi hatinya bergetar ketika melihat sebuah kerangka manusia yang bersandarkan semak belukar menggenggam kalung emas itu. Itu Umminya, Ummi Salamah. 3. Interpretasi Novel ini menarik dan bacaannya mudah dipahami, dikemas dalam tulisan-tulisan sederhana namun sangat menyentuh. Mengandung nilai raligius dan nilai sosial yang kental. Dalam novel ini tercipta keharmonisan dalam keluarga, saling tolong menolong dan hidup bertetanggan yang baik. Kisah ini mengandung banyak kisah inspiratif, dari kisah seorang anak berumur 6 tahun yang berjuang untuk menghafal bacaan shalat untuk dapat dipraktekkan dengan sempurna. Dia juga telah banyak menerima segala ujian dari Allah, namun ia selalu ikhlas dan tegar menjalaninya, tanpa mengeluh. Kita dapat mengambil manfaat positif dengan meneladani nilai-nilai moral yang terkandung didalamnya. Serta dalam novel ini terdapat kalimat-kalimat indah yang di tulis oleh penulis semakin membuat novel ini menarik. Meskipun masih ada kata-kata yang kurang dapat dimengerti oleh sebagian kalangan, seperti ayat-ayat suci Al-quran, bahasa daerah, dan lain-lain, akan tetapi tidak mengurangi peminat untuk membaca novel ini. Selain itu perlu diberinya daftar isi, kata pengantar dan sinopsis supaya lebih lengkap. Menurut saya buku ini sangat bagus dibaca untuk semua kalangan karena disajikan dengan bahasa yang komunikatif. Nilai keikhlasan dan kesabaran tinngi yang sangat mengharukan dengan latar belakang tsunami serta pesan yang tersirat dalam novel ini memberikan banyak inspirasi bagi para pembacanya. 4. Ringkasan Ketabahan dan ketegaran sesosok Delisa patut diteladani dalam kehidupan sehari-hari. Cobaan sedikit apapun jangan membuat kita semakin turun. Justru kita berusaha bangkit untuk menjadi yang lebih baik. Novel karangan Tere Liye ini mampu memikat banyak peminat. Biografi Penulis Nama “Tere Liye” merupakan nama pena seorang penulis berbakat tanah air. Tere Liye sendiri di ambil dari bahasa India dan memiliki arti untukmu. Tere Liye lahir dan tumbuh dewasa di pedalaman Sumatera. Ia lahir pada tanggal 21 mei 1979. Ia berasal dari keluarga sederhana yang orang tuanya berprofesi sebagai petani biasa. Anak ke enam dari tujuh bersaudara. Tere Liye meyelesaikan masa pendidikan dasar sampai di SDN 2 dan SMPN 2 Kikim Timur, Sumatera Selatan. Kemudian melanjutkan ke SMUN 9 Bandar Lampung. Setelah selesai di Bandar Lampung, ia meneruskan ke Universitas Indonesia dengan mengambil Fakultas Ekonomi. Tere Liye menikah dengan Amelia dan di karunia seorang putra bernama Abdullah Pasai. Sampai saat ini ia telah menghasilkan 14 karya. Bahkan beberapa di antaranya telah di angkat ke layar lebar. Berdasarkan email yang di jadikan sarana komunikasi dengan para penggemarnya yaitu darwisdarwis Bisa di simpulkan sederhana bahwa namanya adalah Darwis. Berikut tulis karya Tere Liye Ø Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Gramedia Pustaka Umum,2010 Ø Pukat Penerbit Republika, 2010 Ø Burlian Penerbit Republika, 2009 Ø Hafalan Shalat Delisa Penerbit Republika, 2005 Ø Moga Bunda Disayang Alloh Penerbit Republika, 2005 Ø The Gogons Series James & Incridible Incodents Gramedia Pustaka Umum, 2006 Ø Bidadari – Bidadari Surga Penerbit Republika, 2008 Ø Sang Penandai Penerbit Serambi, 2007 Ø Rembulan Tenggelam di Wajahmu Grafindo 2006 & Republika 2009 Ø Mimpi-Mimpi Si Patah Hati Penerbit AddPrint, 2005 Ø Cintaku Antara Jakarta dan Kuala Lumpur Penerbit AddPrint, 2006 Ø Senja Bersama Rosie Penerbit Grafindo, 2008 Ø Eliana, Serial Anak-Anak Mamak Dari karya-karyanya Tere Liye ingin membagi pemahaman bahwa sebetulnya hidup ini tidaklah rumit seperti yang sering terpikir oleh kebanyakan orang. Hidup adalah anugerah yang Kuasa dan karena anugerah berarti harus di syukuri. Untuk novelnya bisa kalian download disini.
Tanganmanusia yang sudah tinggal tulang itu tidak lain adalah milik Ummi Delisa. Delisa sangat terkejut. 6. Unsur-Unsur Intrinsik A. Tokoh dan Penokohan 1. Delisa : Pemalas, manja, baik, dan suka memberi "Kak Fatimah ganggu saja Delisa masih ngantuk!" Delisa bandel menarik bantak. Ditaruh di atas kepala. Malas mendengar suara tertawa Kak Fatimah.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Identitas BukuJudul Hafalan Shalat DelisaPenulis Tere Liye Penerbit Republika Tempat Terbit JakartaTahun Terbit 2005Halaman 270 halamanUkuran 13,5 x 20,5 cm Harga Novel ini menceritakan tentang kisah dari seorang anak berusia 6 tahun, ia bernama Delisa, yang hidup bersama Ummi Salamah dan ketiga kakaknya, yaitu Cut Fatimah siswa kelas 1 Madrasah Aliah, si kembar Cut Aisyah dan Cut Zahra yang duduk di kelas 1 Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Lhok Nga. Sementara Abinya, Usman bekerja di tanker perusahaan minyak Internasional, yang biasa pulang setiap 3 bulan sekali untuk menemui keluarganya. Mereka tinggal bersama di komplek perumahan sederhana di pinggir pesisir pantai Lhok Nga, Aceh. Keluarga ini sangatlah bahagia, dengan 4 anak shaleha dengan karakter yang berbeda - beda. Delisa yang bersifat manja dan baik hati, Aisyah yang egois, Fatimah yang bijaksana, Zahra yang pendiam, sehingga menciptakan suasana keributan - keributan kecil pada keluarga itu. Suatu hari Ummi dan Delisa pergi ke pasar untuk membeli kalung emas 2 gram di toko Koh Acan sebagai hadiah ujian praktek hafalan shalat yang akan dilakukan Delisa untuk di setorkan kepada Bu Guru Nur. Abi juga akan memberikan hadiah berupa sepeda untuk Delisa, hal itu mebuat Delisa semakin bersemangat untuk menghafal lafadz bacaan shalatnya. Pagi, 26 Desember 2004 Delisa akan melaksakan ujian praktek hafalan shalatnya. Dengan raut wajah tegang, memucat. Delisa mengangkat tangannya yang gemetar, namun mantap hatinya berkata Delisa akan khusyu' Allahu Akbar. Lantai laut retak seketika Gempa menjalar dengan kekuatan dahsyat. Vas bunga pecah menggores lengan Delisa . Gelombang itu bergetar menyapu Banda Aceh. Namun sedetik berikutnya sejuta air membucah keluar, desiran dahsyat ombak menggulung pesisir komplek, anehnya Delisa tetap kusyu' membaca lafadz shalatnya. Gelombang itu menghantam tubuh Delisa dengan keras, ia terpelenting jauh, entah kemana Delisa terbawa arus ombak. Selama 6 hari Delisa tak sadarkan diri, dia ditemukan dengan keadaan yang sangat menyedihkan, persis seperti mayat. Delisa dirawat di rumah sakit, tak lagi terbaring di semak - semak belukar, tak lagi meminum air hujan, tak lagi kepanasan terpapar sinar matahari. Delisa dirawat dengan banyak selang di tubuhnya, kepalanya dipangkas dengan banyak luka jahitan, lebih dari 20 jahitan, serta kaki yang telah membusuk sehingga terpaksa harus di amputasi, tangannya di beri gips, sungguh malang nasib Delisa, walau seperti itu ia tidak pernah mengeluh. Berkat data - data yang diberikan suster Sophi, Delisa dapat bertemu dengan Abinya. Ia menceritakan tentang kondisinya tanpa ada raut wajah sedih, Abinya tidak menyangka Delisa lebih kuat menerima semuanya, menerima takdir yang telah diberikan Allah SWT. Delisa dan Abinya memulai kehidupannya dari awal, mulai memahami kata ikhlas, ikhlas menghafal hafalan shalat hanya karena Allah SWT semata. Sore itu, Sabtu, 21 Mei 2005, Delisa yang sedang mencuci tangannya di sungai, Ia terdiam ketiak melihat kilauan cahaya dari semak belukar. Kilauan itu bewarna kuning, seperti kalung. Hati Delisa sontak bergetar, bukan karena ia melihat kalung itu berinisial 'D'.Rangkuman Alisa Delisa merupakan seorang gadis kecil yang ingin menghafal hafalan shalat untuk ujian praktek yang akan dilakukannya di depan kelas. Awalnya ia sangat bersemangat menghafal karena Ummi nya membeli kalung emas serta sepeda dari Abinya sebagai hadiah kelulusan ujian praktek Delisa. Tapi kejadian yang tak terduga terjadi, bencana tsunami melanda ketika ia sedang menghafal di depan kelasnya, hal itu membuat Delisa kehilangan keluarganya, kehilangan satu kakinya. Namun ia tetap tegar menerimanya dan ia sangat bersyukur masih memiliki Abi, cobaan ini membuat Delisa belajar memahami akan arti kesabar dan keikhlasan. UNSUR - UNSUR INTRINSIK- Tema Perjuangan- Tokoh dan Penokohan Delisa manja, baik hati, Ummi Salamah bijaksana, rendah hati, Abi Usman baik hati, sayang keluarga, Cut Fatimah tegas, penyayang, Cut Aisyah egois, Cut Zahra pendiam, Koh Acan baik hati, Teuku Uman nakal, Tiur baik hati, Prajurit Smith perhatian, Suster Sophi baik hati, Kak Ubai baik hati. - Latar Tempat ; Pesisir pantai Lhok Nga, Rumah sakit kapal induk, Semak - semak, Latar Waktu Pagi, siang, malam, dini Suasana Senang, sedih, Sudut Pandang sudut pandang yang digunakan penulis dalam cerita ini yaitu sudut pandang orang ketiga. Hal ini dapat dibuktikan oleh penulis yang selalu menyebutkan nama tokoh yang terdapat dalam novel Alur dalam novel ini alur yang digunakana dalah alur maju-mundur. Hal ini dapat dibuktikan ketika tokoh utama kembali mengngat ke masalalu a9membayangkan saat - saat dulu ia bersama keluarganya.- Amanat 1. Bersyukur dan tetap selalu ikhlas terhadap cobaan yang diberikan oleh Allah SWT2. Jangan menyerah dengan keadaan3. Percayalah, setiap masalah pasti ada jalannyaKelebihan dan kelemahan- Kelebihan Novel ini menarik dan mudah di pahami, disusun dengan tulisan - tulisan sederhana namun sangat berkesan. Mengandung nilai - nilai religius dan nilai sosial yang tinggi. Dalam novel ini tergambar keharmonisan suatu keluarga. Kisah ini banyak mengandung kisah inspiratif, yaitu kisah seorang anak yang berusia 6 tahun yang berjuang untuk menghafal hafalan shalat agar sempurna ketika pengambilan nilai. Ia juga menu=erima ujian dari Allah SWT denga Kelemahan Dalam novel ini tidak terdapat daftar isi, kata pengantar dan novel ini sangat menarik. Disajikan dengan tulisan yang mudah di pahami dan sangat berkesan. 1 2 3 Lihat Hobby Selengkapnya
May2nd, 2019 - Jual aneka buku karya penulis Darwis Tere Liye hafalan shalat delisa rindu berjuta rasanya bidadari bidadari surga hujan pulang dan lain lain Buku Tere Liye terbaru dan terlengkap Mizanstore Resensi Tentang Kamu Novel Karya Tere Liye oleh Syarif May 14th, 2019 - Novel yang berjudul Tentang Kamu ini merupakan salah satu karya
JAKARTA, - Hafalan Shalat Delisa merupakan film arahan sutradara Sony Gaokasak yang diadaptasi dari novel berjudul sama karangan Tere Liye. Film yang dirilis pada 22 Desember 2011 ini berkisah tentang tragedi tsunami Aceh. Cerita film Hafalan Shalat Delisa berfokus pada kisah gadis kecil bernama Delisa Chantiq Schargerl.Ia bersama keluarganya tinggal di Lhok Nga, sebuah desa kecil yang berada di tepi pantai Aceh. Baca juga Kemarin, Film Dokumenter Perjalanan Seventeen dan Tragedi Tsunami Banten Ayahnya, Abi Usman Reza Rahadian, bekerja di sebuah kapal tanker perusahaan minyak ayahnya bekerja, Delisa menghabiskan waktunya bersama sang ibu Nirina Zubir serta ketiga kakaknya, Fatimah Ghina Salsabila dan si kembar Aisyah Reska Tania Apriadi dan Zahra Riska Tania Apriadi. Pada 26 Desember 2004, tepat sebelum tsunami menerjang, Delisa bersama ibunya sedang bersiap untuk ujian praktik shalat. Tiba-tiba, terjadi gempa sangat dahsyat dan membuat keluarga Delisa begitu ketakutan. Baca juga Sinopsis Get Married 2, Prahara Rumah Tangga Nirina Zubir dan Nino Fernandez Tak lama kemudian, tsunami datang dan memporak-porandakan desa kecilnya. Tubuh kecil Delisa bersama ratusan ribu warga lainnya hanyut terbawa arus entah ke mana.
IDENTITASBUKU HAFALAN SHALAT DELISA. HAFALAN SHALAT DELISA Pengarang :Tere Liye ISBN :-5 Terbit :Jakarta, 2008 Halaman :v + 248 Halaman Berat :150 gram Dimensi :13.5 X 20.5 Cm Cover :Soft Cover. BERAPA HARGA BUKU HAFALAN SHALAT DELISA ? Harga buku HAFALAN SHALAT DELISA adalah Rp 57.000,-DIMANA BELI BUKU HAFALAN SHALAT DELISA ?
0% found this document useful 0 votes470 views14 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes470 views14 pagesResensi Novel Hafalan Shalat DelisaJump to Page You are on page 1of 14 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 12 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Akhirdari novel ini, Delisa mendapatkan kembali hafalan sholatnya. Sebelumnya malam itu Delisa bermimpi bertemu dengan umminya, yang menunjukkan kalung itu dan permintaan untuk menyelesaikan tugas menghafal bacaan sholatnya. Kekuatan itu telah membawa Delisa pada kemudahan menghafalnya.
. 322 271 227 394 42 106 360 80
resensi novel hafalan shalat delisa